Jumat, 29 Maret 2013

Puncak Pertama Gunung Manglayang



Akhirnya seorang Arin yang sejak lama meremehkan keindahan dari Gunung dan mengagung-agungkan keindahan dari laut, mengakui juga bahwa ciptaan Tuhan yang satu itu (re:gunung) subhanallah indahnya. Ini saya buktikan sendiri dengan menaiki salah satu puncak di Jatinangor, Gunung Manglayang.

Awalnya emang ragu, super ragu buat ikut naik gunung, apalagi dari 7 personel yang bakal ikutan belum ada yang pernah naik manglayang. Lalu setelah nanya nanya, berapa lama perjalanan sampe puncak dan nanya ketinggian serta jenis jalannya. oke mantab, akhirnya siap buat berangkat. Lalu minta izin sama mama, dan dengan gampangnya mendapatkan izin.

Tiba pada waktunya 23 Maret 2013, 7 orang anak ubala, yaitu : Saya, Kak prabs, Kak Ridho, Indah, Vino, Edmund, dan Akbar berangkat ke Jatinangor. Sesampainya disana, kami bersiap nyarter angkot untuk diantar hingga kaki gunung.


                                        



Setelah solat dan makan siang, jam 15.30 kami bersiap untuk berangkat naik gunung, tak lupa doa dan pemanasan dahulu yang dipimpin oleh kak prabu. Lalu kami pamit kepada abah dan ibu-ibu penjual di warung terakhir. oh iya, waktu itu abah bilang "abah mah naik puncak bayangan (re:puncak yg lebih pendek yang bisa liat sunrise) cuma 30 menit". Padahal di rundwon perjalanan kita di plot waktu 3 jam #pffft



                                          Foto di warung terakhir

Awal perjalanan cuaca memang sudah agak mendung, tetapi berhubung masih gerimis sedikit, kami memutuskan untuk tidak memakai ponco. Hingga pada akhirnya hujan semakin deras, akhirnya kami berhenti untuk beristirahat dan memakai ponco. ternyata ponco ga ngaruh apa apa sodara sodara, karena setelah hujan kita menaiki jalan yang elevasinya 80 derajat. wokeh, anggap saja kita menaiki air terjun yah, soalnya jalurnya itu sempit daaaan air deras mengalir. yihaaa baju, celana, dan jilbab (mungkin daleman juga) basah kuyup. Tiba tiba panik karna arin ga bawa celana ganti.

Entah kenapa setelah, menaiki jalan yg elevasinya 80 derajat itu, arin ngerasa gelisah banget. Ga tau cuma bisa diem ga komentar apapun, semua ketautan tiba tiba masuk kedalam hati. takut ga bisa sampe puncak, takut entar malem kedinginan, takut kepeleset, dan segala macem ketakutan lainnya. Hingga pada akhirnya, Arin cuma bisa berdoa dan baca ayat kursi selama sisa perjalanan. Daaaaan sodara sodara, betapa leganya sampe dipucak gunung dan gak sendirian, ternyata ada kelompok lain yang udah sampe puncak dan bertenda :)
oh iya, pas sampe dipuncak kak ridho nyeletuk. "perjalanan kita 2 jam nih, kalo abah mah udah 2x bolak balik naik gunung ini mah"
udah deh sembah sujud aja buat abah kalo beneran cuma 30 menit hehe.


terus waktu dipuncak tiba tiba kepikiran quotes di buku arin
"no matter what yo do, do matter how many times youe screw up and think yo yourself | there is no point to carry on| no matter how many people tell you that you can't do it, keep going, don't quit. Don't quit, because a month from now you will be that much closer to your goal than you are now."
yah, akhirnya saya bisa mengalahkan ketakutan itu dan sampai di puncak :)

kalo khusus buat Arin mungkin quotes ini ya
" you are stronger than you seem, braver than you believe, and smarter than you think"

dan apa yang di twit kak nyoman waktu itu dan kebaca sebelum Arin berangkat naik gunung terbukti dan Arin rasakan.
"saat mendaki gunung, bukan gunung yang kamu taklukan, tapi dirimu sendiri, kemalasan, ketakutan, dan kesombonganmu. kita manusia tidaklah lebih kuat dari alam"

nah, berhubung Arin lagi masa kebonya, nyampe puncak diriin tenda, ganti baju, solat, udah tidur gitu aja mehehe. oh iya pas sampe puncak, kak Ridho dengan super baik hatinya minjemin celananya dong. super terimakasih kak Ridho :). Padahal yang lain pada sibuk bakar bakaran dan siap buat makan malem (re:makan pop mie) meskipun agak fail.

jam 12 akhirnya semua personel pada tidur. Hingga keesokan paginya bangun buat solat subuh dan melihat sunrise yang super luar biasa indahnya. Terus tiba tiba kepikiran lagi buat apa Arin galau kalau segini indahnya sebenarnya hidup itu, kayak yang tertulis di Al-qur'an. "Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan" kurang lebih seperti itu. Hingga pada akhirnya Arin menyadari, terlalu banyak hal yang patut disyukuri hingga sesungguhnya ga ada yang namanya galau dan sesungguhnya apa yang di berikan Tuhan adalah yang terbaik buat kita.



Oke setelah bersubhanallah ria di puncak. kami sarapan dan bersiap buat turun ke kaki gunung. Ternyata lebih susah turunnya dibandingkan naiknya. yah, tapi alhamdulilah cuaca mendukung jadi kami masih bisa menikmati pemandangan sekitar jalan setapak.

Setelah pamit sama abah, akhirnya kami pulang ke Jatinangor. berhubung kak Ridho harus UTS dulu, kita mampir deh ke ITERA buat numpang mandi dan UTS. Sore nya tak lupa kita makan dan ditratir kak ridho dan kak prabs, uuu tengkyu kakak swasta. Kamipun tiba di Bandung pada pukul 19.00, 24 maret 2013.

Terima kasih manglayang akan semua pembelajaran hidup buat kami khususnya buat Arin :)
target selanjutnya Papandayan, amiin 



Sabtu, 09 Maret 2013

Rasa

"Rasa itu karunia. Bisa datang kapan saja untuk siapa saja. Bisa lenyap kapan saja karena sebab apa saja. Dan juga bisa kembali kapan saja karena alasan apa saja. Mintalah pada Sang Pemberi Rasa agar diberikan rasa pada waktu yang tepat, untuk orang yang terbaik, dan dikekalkan, selalu dikembalikan utuh jika mulai berkurang."

Minggu, 03 Maret 2013

I Love You

Pertama kali mengenalmu mungkin kita tidak memiliki hubungan yang baik. Kita saling tahu tapi bukan saling kenal. Hanya bagian luar kepribadian bukan perasaan. Mungkin karena perbedaan pendapat, entahlah, yang aku tahu kamu tidak menyukaiku dengan segala alasannya.

Tiba pada suatu saat, tidak ada hal yang membuat kita untuk bisa mempermasalahkan perbedaan pendapat kita. aku di duniaku sendiri dan kamu diduniamu sendiri. Lalu tibalah kembali kita di pertemukan akan hal yang membuatku kenal dirimu pertama kali.

Aku tidak menyangka ternyata hal tersebut mengikatku dan secara tidak langsung mengikatmu juga. Aku tidak sanggup meninggalkan ikatan itu. Tapi kamu tetap tidak menyetujui ikatan itu.


Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku hanya bisa terus mencoba supaya kamu menyetujuinya. Aku mencoba memperbaiki hubungan tidak baik itu. Aku ya aku tidak tahu apakah itu akan mempengaruhimu. Hingga aku tiba di titik lelahku untuk mencoba. Pada akhirnya aku hanya mencoba untuk mengabaikanmu dan berharap waktulah yang akan memperbaiki hubungan itu.

Ternyata itu tidak mudah bagiku untuk mengabaikanmu. Aku tetap memperdulikanmu bahkan memperhatikan hal kecil yang kamu lakukan. Aku takut perubahan kecil pada dirimu itu berasal dari diriku. Mungkin hanya aku yang telalu percaya diri, yah terserah apa katamu. Tapi aku takut aku merusak apa yang telah ada pada dirimu dan dia.

Hingga akhirnya tiba hari kemarin, dimana aku tidak pernah sekalut itu sepanik itu. Aku sangat tidak kuat melihatmu terbaring seperti itu. Mukamu yang memerah, pucat, dan lemas. Mungkin jika aku diizinkan untuk memelukmu sudah kulakukan hingga menemanimu terlelap.

Aku hanya bisa melihatmu dari jauh, menemanimu dari jauh, sesekali memegang kening dan lehermu, memastikan bahwa suhu tinggi itu telah menghilang. Aku sedih ketika aku tahu bahwa aku tidak akan bisa memastikanmu sepanjang malam. Aku hanya bisa menitipkanmu pada seseorang. Hanya ingin kamu tau.

Pada malam itupun aku menyadari, sesungguhnya aku sama sekali tidak pernah mengabaikanmu bahkan sedikit membencimu. Aku menyayangimu hampir sama seperti menyanyangi dia. Tapi aku hanya tidak tahu bagaimana menunjukkannya kepadamu. Malam itu cuma ini yang bisa kulakuan


Maaf jika hanya aku mampu mengungkapkannya disini. Aku sayang padamu, sangat sayang. Cepat sembuh yah :)