Minggu, 25 September 2016

Relationship "Jodoh" and Skin Care

Hari ini merupakan hari ke-44 saya di Wageningen yeay!!
Sebenernya ada banyak shock culture yang saya alami disini selama 44 hari tersebut, tapi kali ini saya akan bercerita tentang skin care dulu yah.

Saya punya kulit muka kering kombinasi dimana jarang ditemukan jerawat dimuka saya. Mungkin hanya sesekali berjerawat karena perubahan hormon atau banyak pikiran. Namun, 5/6 bulan sebelum saya berangkat, tiba-tiba muncul banyak jerawat di antara mata dan di pipi saya yang lokasinya pas banget dengan garis kerudung, jadi kalau pakai kerudung jerawatnya tidak kelihatan. Panik dong, karena seumur-umur saya ga pernah berjerawat langsung banyak begitu. Akhirnya saya mencoba untuk memilih skin care baru (tadinya saya menggunakan w*r**h), terpilihlah produk h*d*ut*. Setelah 2-3 bulan pemakaian, kulit muka saya menjadi lebih baik, bekas jerawat juga sudah mulai hilang. Untuk mempercepat hilangnya bekas jerawat, akhirnya saya mengikuti rangkaian perawatan di zap. Satu bulan sebelum keberangkatan muka saya sudah jauh lebih baik, bahkan jadi tambah cerah hihi.

Tibalah saya di Netherlands, 25 hari saya disini muka saya makin banyak jerawatnya dan menghitam karena mataharinya entah kenapa jadi super panas. Saya makin panik, karena disini jerawatnya super kering, kecil-kecil, dan entah kenapa ga ada putih putihnya gitu, yang paling super nyebelinnya adalah bekasnya lama banget hilang. Akhirnya saya konsultasi dengan "senior" yang sudah setahun disini. Dia menyarankan untuk mencoba skin care nivea. Awalnya yang ada didalam pikiran saya, nivea itu kurang terpercaya karena di Indonesia cuma ada body lotion dan pelembab gitu, tapi ternyata nivea itu skin care yang cukup terkenal disini dengan harga yang affordable tentunya (awalnya mau make rangkaian tea tree nya body shop, tapi ternyata setelah melihat review-nya rangkain tersebut lebih cocok untuk kulit berminyak kombinasi, hiks).

Setelah berjuang memilih tipe produk yang tepat dari nivea (saya menghabiskan waktu 2 jam karena ga ada bahasa inggrisnya sama sekali huhu) akhirnya saya mendapatkan skin care nivea lengkap-selengkap-lengkapnya (dapet diskon beli 2 gratis 2, dari total 50an euro cuma bayar setengahnya yeaaay). Sesampainya dirumah, saya melihat sisa skin care saya yang lama masih cukup banyak, akhirnya selama 2 hari saya tetap memakai produk yang lama. Namun hari ini saya menyadari kalau muka saya makin banyak jerawatnya, oke sekarang saatnya saya harus move on dan pindah ke skin care yang baru, meskipun sayang banget masih banyak sisanya :(

Kejadian skin care ini bisa dianalogikan dalam suatu hubungan loh dimana kalau memang sudah tidak cocok untuk apa masih dipaksakan meskipun masih sayang. Seiring berjalannya waktu (meskipun harus berjuang lebih) pasti akan menemukan yang lebih baik kok, karena ya move on perlu dilakukan untuk kebaikan diri kita sendiri kedepannya. Ga maukan mukanya tetep berjerawat cuma karna sayang sisanya masih banyak atau ga maukan sakit hati terus cuma karna masih sayang :)

Meskipun tidak menutup kemungkinan akan kembali ke skin care yang lama ketika pulang ke Indonesia, tapi poin pentingnya adalah pilih apa yang terbaik yang bisa kita pilih sekarang, untuk kedepannya biar Tuhan yang menuntun jalannya, selamat memilih skin care yang baik untuk kulitmu :)) doakan kali ini cocok biar ga nyari nyari lagi.


Kamis, 18 Agustus 2016

Hai Netherlands Part 1 (IELTS and LoA Wageningen University)

Beberapa minggu belakangan banyak yang menanyakan tips and trick untuk mendapatkan beasiswa kepada saya. Berhubung sudah banyak blog yang menceritakan pengalaman mendapatkan beasiswa (Khususnya LPDP) saya memutuskan untuk tidak menulisnya. Alasan lainnya, saya lebih memilih untuk mengobrol dan bertemu langsung. Selain mempererat silaturahmi, saya juga bisa mengobrol banyak hal diluar pembahasan beasiswa. Namun, terkadang saya menyadari ada beberapa hal yang lupa untuk saya sampaikan dan akhirnya banyak teman saya yang menyarankan untuk menuliskannya saja di blog. Oke baiklah akhirnya saya menuliskan pengalaman ini di blog :)

Sebutlah saya seorang yang visioner, saat itu saya baru menjadi mahasiswa tingkat 4 di ITB (Agustus 2014) dan melihat masih ada banyak resolusi tahunan yang belum saya kerjakan salah duanya adalah belajar bahasa baru dan belajar ielts atau toefl. Saat itu saya memutuskan untuk belajar bahasa Jerman dan toefl. Saya belajar Bahasa Jerman di UPT Bahasa ITB (not bad, alhamdulilah saya mendapatkan guru yang baik, pintar, dan beliau cukup aktif di DAAD). Namun, untuk toefl saya perlu melakukan beberapa survey agar menemukan tempat les yang bagus dan sesuai di kantong. Setelah survey ternyata saya lebih terpengaruh teman saya untuk belajar ielts saja. Akhirnya saya les di Blessing Course Jalan Sudirman, Bandung. Tempatnya agak kurang bagus, tapi sistem belajar dan gurunya sangat super recommended. Lagipula harganya cukup murah 2,5jt untuk 10 kali pertemuan yang setiap pertemuannya menghabiskan waktu sekitar 3 jam.

Masa les dimulai, saya sudah merencanakan untuk tidak aktif lagi di organisasi saat tingkat 4, namun kenyataannya saya masih harus rapat hingga malam hari di kampus dan ada beberapa mata kuliah yang tugasnya cukup menguras waktu. Semester 7 menjadi semester yang cukup sibuk dari mulai menyicil Tugas Akhir (TA), kuliah, tugas kuliah, dan 2 les sekaligus. Di akhir les Bahasa Jerman ada beberapa tes yang perlu dilakukan untuk mendapatkan sertifikat. Namun ternyata tes tersebut berbarengan dengan waktu UAS, dengan kesibukan yang cukup padat saya hanya pasrah nilai tes saya akan bagus. Alhamdulilah nilai terjelek saya 7 skala 10 untuk kemampuan berbicara. Untuk les ielts, awalnya saya merasa belum siap untuk mengambil tesnya karena saya hanya melakukan resolusi tahunan saja. Apalagi biaya untuk tes ielts cukup mahal sekitar 2,3jt ($195) dan dikhawatirkan saya tidak dapat memenuhi target yaitu 6,5 (dulu kalau ditanya mau S2 dimana selalu jawab Jerman dan semua jurusan di semua univ Jerman memerlukan nilai minimal 6,5). Namun teman saya selalu mendukung dan memotivasi saya bahwa saya mampu memenuhi target. Akhirnya saya mengambil tes tersebut setelah mendapat izin dari papa jikalau saya harus mengulang.

Lalu bagaimana hasilnya? seusai dengan dugaan saya overall 6.  Nevermind, hasil ini membuat saya bertekad untuk belajar lebih giat di tes selanjutnya. Saya mendapatkan hasil ielts pada bulan Januari 2015, saat bulan Februari 2015 teman saya memberitahu saya bahwa dia telah diterima di Wageningen University (WUR), Belanda. Saya tidak pernah tertarik untuk kuliah di Belanda, sampai teman saya untuk kesekian kalinya mempengaruhi saya mendaftar WUR. Awalnya saya hanya melihat-lihat websitenya apakah ada jurusan yang pas dan sesuai dengan nilai eilts saya. Ternyata ada yang pas yaitu Geo Information Science (GIS) (meskipun dulu pingin banget S2 di managemen atau bisnis). Akhirnya saya menyiapkan berkasnya (saya pikir gapapa deh buat iseng aja) yang terdiri dari motivation letter, transcript, bachelor degree (boleh menyusul), ielts, dan passport, sekarang sudah bertambah CV dan abstrak TA/skripsi, bisa juga dilihat disini (yang mau lihat berkas saya, feel free to ask

Lima hari setelah pendaftaran saya mendapatkan email bahwa paspor saya ditolak karena habis masa berlaku Juni 2015 dan saya akan kuliah September 2015. Hopeless, udah yakin banget saya akan ditolak. Akhirnya saya mendaftar perpanjangan paspor 3 hari kemudian. Ketika akan melakukan verifikasi pendaftaran di email, ada email baru di kotak masuk saya. Ternyata itu email dari WUR, oke mari kita buka. Alhamdulilah, email tersebut berisi LoA Unconditional saya. Tanpa pikir panjang saya langsung meneruskan email tersebut ke teman saya dan papa. Bersyukur, terkadang sesuatu yang tidak terduga datang begitu saja, begitulah rezeki bekerja :)

-Jangan menyerah, kamu tidak pernah tau sudah sedekat apa kamu dengan keberhasilan-